Ad Code

Responsive Advertisement

Bambang Pamungkas: Pemain Kerap Melupakan Hal Detil dalam Kontrak



Mantan pemain timnas Indonesia Bambang Pamungkas mengatakan pembenahan dunia sepakbola Tanah Air agar maju dan profesional bisa dilakukan salah satunya lewat pematuhan kontrak baik oleh pemain maupun klub.

Hal itu dikatakan Bambang dalam Diskusi Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) bertajuk Standar Minimum Kontrak di sebuah kafe di Jakarta Pusat, Selasa (1/5) malam. 

"Ketentuan standar minimum kontrak yang ditetapkan FIFA harus dimasukkan dalam klausul perjanjian antara pemain dan klub," ungkap Bambang yang merupakan wakil ketua APPI.

"Ibaratnya kita menciptakan musuh kita sendiri jika tidak cermat dan tidak memperhatikan kontrak. Orang lain akan memanfaatkan celah itu," imbuhnya.

Menurut Bambang, banyak hal yang menempatkan posisi pemain sebagai pihak yang dirugikan. Misalnya, ketika salah seorang pemain sudah merasa betah dan nyaman dengan suatu klub, mereka cenderung melupakan hal-hal yang bersifat detail ketika meneken kontraknya.

"Padahal ini membawa celah dan merugikan pemain itu sendiri," tegasnya.

"Banyak sekali pemain sepak bola Indonesia hanya melihat pada nominal dan namanya yang tertera. Tapi pasal-pasalnya tidak dilihat padahal itu yang paling penting," imbuh mantan pemain timnas itu.

Bambang membandingkan situasinya saat dia merumput bersama Selangor FC di Liga Malaysia. Dia mengatakan bahwa kesejahteraan pesepak bola profesional di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

"Ketika menjadi pemain Selangor FC, saya mendapatkan tiket pulang pergi Jakarta-Malaysia, apartemen, dan mobil. Semua pemain lokal di Malaysia mendapatkan rumah, sementara sebagian lagi mendapatkan mobil," tutur Bambang.

Seperti diketahui, Bambang pernah membela klub Selangor FC di Liga Malaysia, pada musim 2005-2007. Sewaktu menandatangani kontrak di klub itu, dia diharuskan lolos seleksi pemain. Salah satu tes seleksi pemain yang harus dilakukannya adalah tes fisik. 

Menurut Bepe, apabila seorang pemain tidak lolos tes fisik, maka dia tidak layak bermain di kompetisi Liga Malaysia.

"Di Indonesia tidak pernah ada ketentuan untuk lolos tes fisik. Kalau pemeriksaan kesehatan ada. Di Indonesia kadang-kadang pemain bayar operasi pemulihan pemain sendiri, proteksi klub terhadap pemain kurang," katanya.

Bambang menilai, kurangnya perhatian terhadap pemain tidak hanya terjadi di level klub, tetapi juga saat pemain membela timnas.

Dia menjelaskan, Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) sangat memberikan perhatian kepada para pemain yang membela timnas. Termasuk memberikan keistimewaan menjadi bagian dari warga Malaysia.

Salah satu bentuk perhatian yang diberikan adalah pemberian sejumlah uang kepada pemain setiap membela timnas.

"Setiap pemain bermain untuk Timnas Malaysia itu dihitung uang. Jadi 1 caps atau penampilan dihitung sekitar 500 ringgit. Kesejahteraan pemain sangat diperhatikan," pungkas topscorer Malaysia Premier League musim 2005 itu.
Reactions

Post a Comment

0 Comments