"Rekor-rekor itu tidak ada artinya tanpa trofi yang bisa dinikmati
seluruh rakyat Indonesia," katanya. "Sebuah gelar penting bagi Indonesia
akan membuat akhir karir saya sempurna. Mempersembahkan gelar sebelum
saya pensiun adalah target saya." Ungkapnya pada situs FIFA.com
Bepe ternyata masih menyimpan sebuah
mimpi yang belum kesampaian. Kepada situs resmi FIFA yang Bepe
mengungkap harapan terbesarnya tersebut. Bepe juga bercerita mengenai
proses yang dijalani sebelum menjadi pemain terkenal di Indonesia.
"Awalnya tidak pernah terbesit di pikiran saya untuk menjadi pemain
sepak bola. Mimpi saya awalnya adalah ingin menjadi seorang guru," kata
Bepe kepada FIFA.com. "Saat ulang tahun ke-8, ayah saya memberikan saya
sepasang sepatu bola, dan sejak itu saya pun bercita-cita ingin menjadi
pemain sepak bola," bebernya.
Seperti diketahui, Bepe kemudian
bergabung dengan diklat Salatiga. Penampilannya yang cemerlang membuat
karirnya terus meningkat. Pada tahun 1999, Bepe lalu mengawali karir
profesionalnya bersama Persija Jakarta. Di musim pertamanya, Bepe
langsung jadi top scorer dengan mencetak 20 gol dari 30 laga.
"Saat itu sangat termotivasi membuktikan bahwa saya layak untuk bersaing
dengan semua striker top di Indonesia," kata Bepe menjelaskan kunci
suksesnya saat itu. "Di sisi lain, pemain bertahan lawan mungkin belum
terbiasa dengan gaya bermain saya sehingga menyulitkan mereka untuk
menghadapi saya," lanjut Bepe.
Tak hanya merambah klub lokal,
Bepe juga sempat mencoba bergabung dengan tim-tim Eropa. Setelah
menjalani latihan bersama klub Borussia Monchengladbach dan Cologne,
Bepe sempat bergabung dengan tim divisi III Belanda, EHD Norad. Meski
tidak bertahan lama, namun Bepe mengaku mendapat pelajaran berharga di
sana.
"Waktu yang saya habiskan di Holland adalah momen paling
penting dalam karir saya. Di sana, saya belajar banyak mengenai
bagaimana hidup sebagai pemain sepak bola profesional," ungkap Bepe.
Setelah dari Belanda, Bepe kembali ke Indonesia dan bergabung dengan
Persija dan berhasil merebut trofi Liga Indonesia 2005. Ayah tiga anak
ini kemudian bergabung dengan tim manca negara. Kali ini, Bepe
memperkuat klub asal Malaysia, Selangor dan berhasil mempersembahkan
treble winner bagi tim Negeri Jiran itu.
"2005/06 merupakan
musim terbaik saya. Saya mencetak 41 gol dari 43 laga di semua kompetisi
dan memenangkan 3 trofi. Dan yang tak kalah pentingnya, saya tidak
pernah mendapat kartu kuning ataupun merah dan tak pernah cedera di
setiap pertandingan. Itu adalah musim yang luar biasa bagi saya," ujar
ayah tiga anak itu.
Bepe kembali ke Persija 2007 lalu. Tiga
tahun kemudian, dia sempat menjalani trial di tim asal Selandia Baru,
Wellington Phoenix. Namun cuaca yang tak bersahabat membuat Bepe
berpikir dua kali untuk melanjutkan karir di sana. "Mungkin akan lebih
memungkinkan bagi saya untuk bermain di Asia tenggara," katanya.
Karir Bepe bersama timnas dimulai tak lama setelah dia menandatangani
kontrak dengan Persija 1999 lalu. Saat itu usianya baru 18 tahun.
Berstatus sebagai pemain debutan, Bepe berhasil mencetak gol saat timnas
beruji coba lawan Lithuania 2 Juni 1999. Sejak saat itu popularitas
Bepe kian menanjak dari hari ke hari.
"Masa itu sangat berat," ungkap Bepe.
"Orang-orang mulai mengenal dan membicarakan apapun tentang saya. Itu
momen penting bagi karir saya karena jika saya tidak bisa mengontrol
diri, maka saya akan menjadi besar kepala. Saya mencoba untuk tetap
fokus, sebab saya berpikir ini baru awal dan saya masih memiliki
perjalanan jauh ke depannya," kata Bepe.
Perjalanan Bepe
bersama timnas pun terus menanjak. Suami dari Tribuana Tungga Dewi itu
telah mencatat rekor caps dan pencetak gol terbanyak. Meski demikian,
Bepe masih menyimpan ambisi yang belum kesampaian, yakni gelar juara
bagi Tim Merah Putih.
"Rekor-rekor itu tidak ada artinya tanpa
trofi yang bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia," katanya. "Sebuah
gelar penting bagi Indonesia akan membuat akhir karir saya sempurna.
Mempersembahkan gelar sebelum saya pensiun adalah target saya."
0 Comments