Ad Code

Responsive Advertisement

"Manajemen Persija Bobrok!"


“Manajemen Bobrok” , itulah ungkapan kekecewaan para pendukung Persija ISL. Teriakan-teriakan tersebut terdengar ketika Persija menjamu Mitra Kukar pada hari Sabtu (12/01/2013). Selain teriakan “Manajemen Bobrok” para supporter juga meneriakkan “Iwan Out”, yang berarti mereka menginginkan pelatih Persija Iwan Setiawan untuk mundur dari posisinya. Sang Coach pun buru-buru menjelaskan kepada media bahwa itu bukan suara The Jakmania, tetapi hanya merupakan suara sekelompok penonton. Iwan menilai supporter tidak obyektif dengan melupakan prestasinya yang membawa Persija menempati papan tengah kompetisi ISL musim lalu, serta keberhasilannya membawa tim Macan kemayoran menjuarai Piala Trofeo.

Inilah budaya tidak mau mawas diri. Jelas-jelas Persija terpuruk dalam masalah besar tetapi para pengelolanya masih berusaha mau menutupi, seolah semua berjalan dengan baik. Para pendukung tentunya tidak usah repot-repot mencari tahu apa yang terjadi di dalam manajemen Persija, tetapi cukuplah mereka melihat apa yang nampak di luaran. Sejumlah pemain pilar Perisija enggan menandatangani kontrak lantaran masih adanya tunggakan gaji, yang berimbas pada komposisi pemain yang dimiliki Persija. Persija terpaksa menurunkan sejumlah pemain muda sebagai skuad utamanya. Tentu saja hal ini sangat mengecewakan para pendukungnya yang notabene masih menginginkan Bambang Pamungkas dan beberapa pemain inti di musim lalu untuk tetap memperkuat Persija.

Pendukung memang berhak menuntut yang terbaik baik di tim kesayangannya, mereka telah memberikan banyak hal, selain disebut sebagai pemain ke-12, supporter juga rela meluangkan waktu dan merogoh koceknya untuk menyaksikan tim kesayangannya berlaga, tetapi para pengelola bukannya menerima kritik dengan lapang dada, malah terkesan mereka balik menyerang para supporternya.

Perisja, tim yang dimiliki Ibu Kota negara, pusat bisnis di Indonesia, tempat sebagian besar uang beredar, memiliki puluhan ribu pendukung fanatik, tetapi memilki problem di bidang pendanaan. Miris sekali rasanya. Persija tentunya tidak akan memiliki problem seperti ini apabila dikelola oleh manajemen yang baik. Persija bisa ‘dijual’ asal penjualnya pintar, bukan sekelompok orang yang gagap akan perkembangan bahwa sepak bola harus lepas dari apa yang namanya ‘menyusu APBD’.
Reactions