Persija Time - Hebatnya lagi, deretan pemain di atas merupakan produk sendiri yang berasal dari klub-klub internal. Persija pada era perserikatan memang terkenal mengedepankan jebolan-jebolan klub internal seperti UMS, PS Jaya Raya, Menteng FC, PS Maesa, dan PSAL.
Beralih ke era profesionalisme liga, tren bek kiri Persija ikutan bergeser. Regenerasi yang mandeg di klub-klub internal membuat manajemen melirik bakat dari daerah lain sehingga bermunculan deretan perantau, antara lain Budiman, Ortizan Solossa, Leo Saputra, dan Muhammad Nasuha.
Adapun Budiman turut andil mendatangkan titel juara Liga Indonesia 2001. Budiman bahkan menyandang ban kapten tim dan berhak mengangkat trofi paling pertama dalam seremoni Persija. Saat ia absen, eks bek kanan timnas, Anang Ma'ruf, digeser ke posisinya.
Kisah RD
Rahmad Darmawan adalah bek kiri Persija yang merasakan masa peralihan dari perserikatan/Galatama ke Liga Indonesia (Ligina). Dia menikmati peran menyisir sisi kiri lapangan meski mengaku bukan seorang kidal.
Di awal karier, pria yang akrab dipanggil RD ini sempat melakoni berbagai posisi ofensif sampai akhirnya muncul permintaan dari pelatih tim nasional Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 1994 dan SEA Games 1993, Ivan Toplak.
RD diminta menekuni peran bek kiri yang aktif membantu serta merancang serangan dalam skema 3-5-2. Dia bisa beradaptasi dengan cepat sehingga Persija pun tergoda memasangnya sebagai bek kiri di Ligina I (1994-1995).
“Bila diingat lagi sungguh lucu. Saya adalah satu-satunya bek kiri Persija yang menggunakan kaki dominan kanan, tapi saya menjadi punya kelebihan menusuk ke jantung pertahanan lalu melepaskan tembakan,” kata RD yang kini melatih klub Liga Super Malaysia, T-Team, kepada BOLA via sambungan telepon.
“Satu hal lain, lemah di kaki kiri bukan berarti saya diam saja kala itu. Saya berusaha mengasah kemampuan mengirim umpan silang menggunakan kaki kiri setiap kali latihan,” ujarnya. (JUARA)
0 Comments