Mengenang Kembali: Ketika Persija Kalah Diplomasi dari Kashima di Liga Champions Asia


Zona Persija - Perjalanan Persija Jakarta di Liga Champions Asia hanya berlangsung satu pertandingan saja. Bukan hanya kalah di atas lapangan, mereka juga kalah dalam hal diplomasi. Bagaimana kisahnya?
Hingga saat ini, belum ada wakil Indonesia di Liga Champions Asia yang mampu mencapai laga final – apalagi meraih juara. Bahkan saat ini pun, Indonesia tak bisa punya wakil di kompetisi antar klub tertinggi di level Asia ini.
Pada tahun 2001, harapan besar akan hadirnya prestasi dari klub Indonesia di Liga Champions Asia sempat disematkan pada Persija Jakarta. Macan Kemayoran memang merupakan juara Liga Indonesia pada musim 2001, dan status itu membuat klub ibu kota tersebut mewakili Indonesia di ajang sepak bola antar klub tertinggi di Asia.
Sebelum menjuarai Liga Indonesia, Persija sempat pula menjadi kampiun Piala Sultan Hasanah Bolkiah di Brunei Darussalam. Motivasi para penggawa Macan Kemayoran pun meninggi sepulang dari Bandar Sri Begawan.
Pulang ke Indonesia, Persija bermain bringas di liga dan mampu melaju hingga babak semifinal. Bukan barang mudah melaju ke semifinal, apalagi Persija harus bermain di Makassar pada babak 8 besar. Makassar merupakan kandang sang juara bertahan, PSM. Tapi rintangan tersebut berhasil dialui dengan baik oleh anak-anak asuhan Sofyan Hadi.
Kembali ke Jakarta, dukungan masyarakat ibu kota pada Persija terus membesar. Menang 4-3 atas Persebaya Surabaya di semifinal, Persija akhirnya meraih gelar juara yang terakhir kali didapat pada tahun 1979 silam setelah di laga puncak, Persija mengalahkan PSM dengan skor 3-2.




Sontak, Jakarta langsung menjadi lautan oranye. Warna baru tim yang diterapkan berdasarkan usul Gubernur Sutiyoso tersebut mewarnai pesta jalanan anak-anak Jakarta dan juga pendukung setia Persija, Jakmania.


KALAH BANDING, TAKLUK DI KASHIMA
Persija Jakarta pun menatap Liga Champions Asia. Usai meraih mahkota juara, Persija terus berbenah menyambut musim kompetisi 2001/02. Saat itu Persija kehilangan kapten Budiman yang balik ke Bandung untuk membela Persib. Macan Kemayoran juga harus kehilangan Harry Saputra yang juga mengikuti seniornya ke Persib.
Tapi Persija Jakarta juga kedatangan tiga pemain, yakni Ritham Madubun dari Persikota Tangerang, Maman dari Pelita Jaya, dan Ngadiono dari PON Jawa Tengah. Ketiganya jadi penggawa baru Persija yang diharapkan bisa menggantikan pemain-pemain yang pergi.




Meski tak banyak mengganti susunan pemain di skuatnya, tapi Persija bernasib sedikit berbeda dengan musim sebelumnya. Terlebih dengan persiapan menuju Liga Champions Asia yang terbilang mepet, Persija bahkan langsung mendapatkan ‘cobaan’ berat di awal perjalanan mereka. Lawan berat di babak penyisihan Asia Timur sudah menanti. Juara Liga Jepang, Kashima Antlers bakal dihadapi oleh Persija dalam perjalanan pertama mereka di kompetisi ini.

Lebih buruk lagi, Persija malah kalah ‘diplomasi’ sebelum pertandingan. Situasi politik yang memburuk di tahun 2001 akibat kenaikan harga BBM, membuat Kashima Antlers berpikir untuk tak datang ke Jakarta. Pihak Kashima beralasan takut dengan keselamatan para pemainnya dengan panasnya situasi politik di Jakarta. Sebetulnya pengurus Persija bisa saja membuat banding dan memaksa Kashima bertanding di Jakarta, atau minimal di Indonesia. Tapi hal tersebut tak dipakai oleh pengurus Macan Kemayoran.

Persija malah menerima tawaran dari Kashima yang ingin bermain satu leg saja, di Kashima Soccer Stadium. Embel-embel semua akomodasi ditanggung pihak Kashima membuat pengurus Persija saat itu tergiur. Alhasil, jadilah Persija hanya bermain sekali di Kashima. Mencari mati, kata pepatah kuno dari Jakarta.

TAK BERDAYA DI KASHIMA STADIUM

Macan Kemayoran yang harus mengalahkan tuan rumah Kashima jika ingin melewati pencapaian PSM Makassar di Liga Champions Asia sebelumnya, menemui misi sulit. Persija yang bermaterikan 90 persen skuat musim lalu, tak cukup kuat untuk menandingi Kashima.
Lawan Persija di Jepang tak hanya Kashima Antlers saja, tapi mereka juga harus berhadapan dengan pendukung fanatik tuan rumah dan cuaca dingin Jepang. Dua hal tersebut yang menjadi ‘musuh’ utama Persija selain permainan Atsushi Yanagisawa dkk.
Jelas saja dengan persiapan minim, Persija akhirnya harus menyerah dari tuan rumah dengan skor cukup telak 4-1. Dua dari empat gol Kashima dicetak oleh Hirase pada menit ke-21 dan 69. Lalu sebiji gol dari Aguosto (47’) dan Yanagisawa (56’) cukup untuk merontokkan taring Macan Kemayoran di Jepang. Persija hanya mampu membalas dari sepakan Budi Sudarsono pada menit ke-47 memanfaatkan umpan dari Bambang Pamungkas.
Hasil tersebut membuat Persija tersingkir dengan cepat dari Liga Champions Asia. Tapi bukan masalah tersingkirnya yang sebetulnya disayangkan, melainkan minimnya pengaruh Persija dan sepak bola Indonesia yang tak mampu memenangi ‘diplomasi’ sepak bola Jepang yang tampak diuntungkan dengan opsi bermain satu kali di Jepang. Kali ini, Macan Jakarta kalah cerdik dengan Rusa Kashima. (FOURFOURTWO)


Lebih baru Lebih lama